Ironis Pendidikan Indonesia

Ada satu kebiasaan unik yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal ujian atau soal semester. Yaitu mengerjakan tanpa melihat soal alias asal-asalan dan kemudian keluar lebih dulu dari ruang ujian. Oleh karenanya tak jarang dari siswa dalam lembar jawaban sering melingkari jawaban lebih atau kurang dari jumlah soal. Kejadian tersebut adalah sebuah pengalaman dari penulis yang berprofesi sebagai guru. Sebagai seorang pendidik saya tidak mempersoalkan jumlah benar dari soal yang telah dijawab oleh siswa, akan tetapi yang saya sayangkan siswa memilih mengambil sikap untuk menyerah dan tidak berusaha dengan mencoba mencari peruntungan menembak dari pilihan jawaban yang ada. Selain itu yang menjadi penyesalan saya juga sebagai seorang pendidik adalah siswa tidak kemudian khawatir dengan hasil yang dia peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Fakta-fakta diatas sudah menjadi budaya dilingkungan pendidikan, bahkan fakta ini terjadi tidak hanya disekolah pelosok atau pinggiran tetapi juga terjadi disekolah Negeri seperti di Ibukota Bandar Lampung.
Jika kita renungkan peristiwa yang menjadi fakta dilingkungan pendidikan kita hari ini, maka siswa sudah tidak lagi mempercayai hukum sebab akibat yang menjadi hukum alam. pribahasa seperti berakit-rakit kita kehulu berena-renang ketepian, bersakit-sakit kita dahulu bersenang-senang kemudian atau pribahasa yang lain seperti rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya hanyalah sebuah ungkapan yang tidak berarti apa-apa atau mungkin sudah tidak relevan untuk diaplikasikan dijaman ini. Seperti halnya teknologi yang banyak melahirkan alat dan fitur yang membuat suatu pekerjaan mudah, singkat, dan instant. Pun juga dialami pada proses pendidikan kita saat ini, tidak harus rajin ataupun belajar dengan giat, banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh nilai yang bagus, sekedar lulus, ataupun untuk mendapatan Ijazah. Akan tetapi cara mudah, singkat, dan instant tentunya bertolak belakang dengan prinsip dan kaedah pendidikan. Bagi saya pribadi pendidikan adalah proses bagaimana kita mengenal diri kita, menggali potensi yang kita miliki, dan memanfaatkan potensi kita miliki untuk kepentingan masyarakat luas.
Dahulu pendidikan adalah tempat dimana kita bisa meletakkan sebuah harapan menuju kehidupan yang lebih baik. Tapi hari ini pendidikan juga ikut terbawa arus gaya birokrasi busuk yang mendewakan hasil praktis dan instant, hal tersebut yang menjadikan pendidikan tercemari budaya laten Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Masalah yang sering ditemui dalam kasus pendidikan sehingga kehilangan khasanah fungsi pendidikan adalah sebagai berikut :
1.       Fasilitas dan Infrastruktur
Berdasarkan data Kemendiknas, secara nasional saat ini Indonesia memiliki 899.016 ruang kelas SD namun sebanyak 293.098 (32,6%) dalam kondisi rusak. Sementara pada tingkat SMP, saat ini Indonesia memiliki 298.268 ruang kelas namun ruang kelas dalam kondisi rusak mencapai 125.320 (42%). Bila dilihat dari daerahnya, kelas rusak terbanyak di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 7.652, disusul Sulawesi Tengah 1.186, Jawa Barat 23.415, Sulawesi Tenggara 2.776, Banten 4.696, Sulawesi Selatan 3.819, Papua Barat 576, Jawa Tengah 22.062, Jawa Timur 17.972, Sulawesi Barat 898, sedangkan di Lampung kelas rusak sebanyak 911. Anggaran pendidikan yang jumlah nya cukup fantatstis ternyata sampai saat ini belum menyelesaikan permasalahan mendasar dalam pendidikan. Indikasi Korupsi sehingga proses pembangunan fasilitas pendidikan tidak kunjung rampung menjadi salahsatu faktor fasilitas dan Infrastruktur pendidikan di Indonesia terhambat hingga sekarang. Dalam berbagai kasus korupsi pendidikan tidak sedikit para koruptor menyalahguakan anggaran Fasilitas dan Infrastruktur pendidikan sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri. Dari data yang dihimpun Indonesian Corruption Watch (ICW)
2.       Tenaga Pengajar
Saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi. Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-masing adalah 21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan Indonesia kekurangan guru sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi kelebihan guru. Belum lagi pada tahun 2010-2015 ada sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran proses belajar.

Jumlah tenaga pengajar yang semakin berkurang dalam waktu ke waktu tidak dibarengi dengan proses rekruitmen yang berkualitas. Meskipun berbagai upaya dalam rekuitmen terus diperbaiki seperti dengan menggunakan Computer Assisted Test (CAT), tetap saja terdapat peluang terjadinya proses KKN bisa terjadi. Media tes berbasis computer yang digunakan saat ini seharusnya bisa secara langsung memberikan hasil kelulusan peserta CPNS akan tetapi masih membutuhkan waktu untuk menunggu hasil yang seharus nya bisa diketahui hasilnya pada waktu yang bersamaan. Kelemahan transparansi masih terdapat meskipun sudah menggunakan media yang praktis. Saya menilai selagi masih ada jeda antara waktu tes dan hasil kelulusan memungkinkan bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melaksanakan proses curang.    

Proses kecurangan yang sudah umum sering terjadi dalam rekruitmen CPNS berdampak pada kualitas tenaga pengajar yang dihasilkan. Tidak hanya secara kuantitas jumlah pengajar mengalami kekurangan akan tetapi secara kualitas jumlah tenaga pengajar juga mengalami degradasi moral. Seorang tenaga pengajar sering sekali lupa terhadap konsekuensi identitas sebagai pendidik. Belakangan tenaga pengajar adalah sosok pengajar yang memberikan banyak Pekerjaan Rumah (PR) dan kemudian memutuskan seorang siswa lulus atau tidak serta pintar atau bodoh. Bagi saya tenaga pendidik tidak hanya mentrasfer ilmu tapi juga memberikan teladan, tidak menghakimi atau memutuskan tapi memberikan harapan, serta tidak menyuruh akan tetapi mengajak melakukan kebaikan.

3.       Lingkungan Pendidikan
Pendidikan dianggap sebagai tempat untuk menggantungkan harapan, sehingga dapat merubah kehidupan dimasa yang akan datang menjadi lebih baik. Lingkungan pendidikan dianggap sebagai tempat yang layak untuk berkembangnya generai muda. Lingkungan pendidikan yang diharapkan memenuhi nilai akademis, terjaga moral dan etika, serta tetap kompetitif menempatkan pendidikan sebagai primadona harapan Negara dan bangsa dimasa yang akan datang.
Akan tetapi belakangan lingkungan pendidikan justru menjadi ancaman bagi perkembangan generasi muda. Lingkungan pendidikan yang diharapkan menjadi tempat untuk menjaga perkembangan generasi muda, justru dilingkungan pendidikan itulah menjadi ancaman tercemarnya pergaulan bebas yang dikenal oleh generai saat ini. hal-hal negative justru dikenal oleh generasi bangsa dilingkungan sekolah. Selain itu, tontonan contoh birokrasi yang kurang baik sering dipertontonkan oleh pihak guru dan aparatur sekolah. Seperti pungutan liar yang terjadi disekolah sampai kecurangan ujian sekolah yang sudah menjadi rahasia umum. Belakangan juga lingkungan pendidikan dijadikan sebuah peluang bisnis yang tanpa disortir oleh pihak sekolah apakah itu bermanfaat atau tidak. Saya secara pribadi menyaksikan brosur tempat karaoke disebar dan secara bebas disekolah dengan menawarkan diskon untuk pelajar.

Sekolah bukan lagi tempat yang aman buat siswa, justru menjadi ancaman bagi siswa. Kasus asusila juga belakangan sering terjadi dilingkungan sekolah. Hal tersebut harus menjadi catatan dan evaluasi oleh pemerintah, perkembangan genersi muda bukan hal yang remeh temeh. Pendidikan adalah harapan terakhir bangsa ini setelah semua hancur dan habis tanpa tersisa pada pendidikan inilah kita mampu berharap.

Oleh 
Asis Budi Santoso, S.Pd

Related

Pendidikan 1680626988426749071

Berikan Komentar Disini

emo-but-icon

Follow Us

Total Tayangan Halaman

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Gabung KAMMI

Gabung KAMMI

News

Comments

Recent

Sports

Kuliner

Berita Kampus

Daerah Daerah

Explore Lampung

Instagram

Text Widget

item