Kritik dan Gagasan: Menakar Keseriusan Ultimatum KAMMI

Kritik dan Gagasan: Menakar Keseriusan Ultimatum KAMMI

Delia Sati*



Dalam banyak hal, di Indonesia ini kita hanya bisa bermimpi. Begitu pungkas seorang penulis. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, jika bicara ekonomi, sosial, politik, budaya, teknologi, dll, Indonesia seolah belum memiliki gambaran untuk meninggalkan identitasnya sebagai negara berkembang dengan bertransformasi menjadi negara maju. Sangat jauh jika menjadikan beberapa negara ASEAN untuk mengukur diri. Jangankan demikian, akhir-akhir ini khususnya, yang tampak adalah kemunduran yang bermuara kepada penderitaan rakyat. 

Wajar jika kemudian KAMMI, sebagai organisasi yang berparadigma ekstra-parlementer mengerang bagai Harimau yang tanggal giginya. Kemarahan yang tergambar jelas jika menyoroti KAMMI Lampung, aksinya pada tanggal 16 Maret lalu, mengancam untuk melakukan reformasi jilid 2 dengan memberi tenggang waktu pada pemerintah hingga 20 Mei, untuk memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat, terutama nilai rupiah yang melemah hingga Rp. 13. 000,- 

Kemarahan, kemuakan, dan kejenuhan bagai fluks-fluks yang berputar tak henti dari wajah KAMMI. Memberikan ultimatum di jalan pada pemerintah yang dikomandoi Jokowi-JK saat ini, dengan memberikan target pencapaian waktu sedemikian rupa, adalah bentuk keseriusan yang sangat emosional. Benarkah KAMMI serius dengan ultimatumnya? 

Reformasi jilid II berasal dari eksistensi reformasi 1998 yang berhasil menurunkan presiden Soeharto yang sudah berkuasa 32 tahun lamanya. Waktu itu, menurut beberapa informasi, sejatinya Mahasiswa yang identik dengan idealisme, adalah api yang tersulut oleh sikap-sikap politis dari elemen-elemen kepentingan tertentu, ini menurut berapa opini-opini yang berkembang dalam analisa sejarah. Goerge Sorosh, Amerika, Korupsi dll adalah kata-kata yang sikut-menyikut untuk menciptakan kesimpulan-kesimpulan liar di benak para pengecap sejarah masa kini (mahasiswa). Terlepas dari semua itu, tentu tak adil jika berpikir bahwa mahasiswa mengawal reformasi hanya dengan pijakan emosional. Mengatasi semua problem yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut hutang luar negeri, harga rupiah, dll adalah tugas pemerintah. Rakyat di bawahnya hanya merasakan, tahu-tahu harga beras naik, minyak naik, dan subsidi dicabut. Mahasiswa yang memang punya sejarah dalam buku-buku Soe Hok Gie, merasa memiliki tanggung jawab untuk berbuat dalam posisinya sebagai intelektual menengah. Sejernih itukah penglihatan mahasiswa? 

Reformasi 1998 tidak hanya identik dengan mahasiswa, namun identik juga dengan Amien Rais. Beruntutan opini salah satu pengurus ICMI ini, sempat mengisi koran-koran penting Indonesia. keteguhan beliau menyampaikan kebenaran dalam hal ini PT. Freeport salah satunya, menyadarkan rakyat Indonesia bahwa pemerintah telah terlalu jauh melukai mereka. Sempat beliau menggaungkan Tobat Nasional kepada seluruh rakyat Indonesia termasuk aparat penguasa. Satu hal yang paling mendebarkan, beliau membuat isu akan mencalonkan diri menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto, meski sebenarnya itu dilakukan dengan landasan edukasi politik bagi Indonesia. ya, beliaulah sahabat mahasiswa itu. Seorang figure memberikan kebranian, mentransfer kekuatan, bahwa kedaulatan itu sejatinya di tangan rakyat. Namun adakah tokoh seperti beliau saat ini? 

KAMMI, seandainya punya, akan lebih dirasa sebagai patron. Dan ini tak cukup untuk membangun basis gerakan sekaliber reformasi. Jika Amien Rais dulu gagah perkasa menginisiasi diri, maka KAMMI perlu melakukan upaya-upaya vertikal untuk mendukung segala bentuk advokasinya terhadap penderitaan rakyat. KAMMI membutuhkan dukungan dari kaum cerdik dendikia yang mampu berpihak kepada rakyta, berani menyuarakan kebenaran, bukan hanya dari orang-orang yang terluka akibat kekalahan pilpres. Memunculkan nama-nama yang mendukung gerak KAMMI tentu adalah tindakan yang harusnya segera dipelopori. Seberapa membantunya kah ini? dalam beberapa media sosial, pendukung Jokowi-JK pada pemilu beberapa bulan yang lalu masih begitu fanatik, sulit membangun kesadaran, ini tentu menjadi black point keberadaan seorang figure. Semua ini bisa menjadi ukuran, seberapa matang keseriusan KAMMI mengultimatum Jokowi-Jk.



Reformasi bukanlah hal mudah, out put sejati yang diharapakan dari reformasi, selain konstitusi yang taat terhadap kepentingan rakyat, juga mengharuskan suksesi kepemimpinan. Semua yang sudah berkaitan dengan negara dan rakyat, menjadikan perlunya keseriusan. 

Meski kita tak menginginkan hal-hal buruk terjadi, reformasi adalah akhir dari ketidak berdayaan pemerintah untuk berfikir dan bertindak sekaligus berkorban, sebagai konsekuensi atas kursi-kursi kekuasaan yang diduduki. Selama masih ada tanda-tanda perbaikan, KAMMI tentunya menempatkan diri sebagai oposan yang adil. 

Selain memikirkan bagaimana upaya-upaya vertikalnya KAMMI, sudah seharusnya PR besar selama ini diselesaikan dalam wacana besar kali ini. membangun basis massa. Akhir-akhir ini, KAMMI memang hanya identik dengan aksi-aksi yang langsung menyentuh kantong mahasiswa, seperti UKT, BBM, dan beberapa kebijakan lain. Beberapa waktu lalu, buruh membutuhkan perhatian dari mahasiswa atas upah mereka yang minim, namun itu luput dari jangkauan KAMMI. Buruh aksi sendirian. Mahasiswa aksi sendirian. Jad sebenarnya apa intelektual menengah itu? Siapa yang diperjuangkan mahasiswa? Rakyat yang mana? Semua ini menegaskan kita pada kerinduan terhadap sesosok Wijhi Tukul yang belum tergantikan dalam kemahiraannya membangun basis masa. Ini penting sekali untuk dituntaskan, masa yang banyak nan rapi adalah power tersendiri dari aksi yang punya misi besar. Karena yang menghubungkan mahasiswa dan rakyat adalah out put kebijakan yang tidak taat terhadap kepentingan rakyat, jadi mahasiswa dan rakyat perlu bersatu mengatakan, “lawan”. 

Semoga KAMMI serius. Mahasiswa sudah lama tenggelam dan kehilangan kepercayaan diri. Membangunkan yang sudah mati, mempersiapkan yang besar, bukan sesuatu yang gampang. Semoga KAMMI tetap KAMMI karena (jika sampai) ultimatum yang tak berani menindaki diri. 

------

**Ditulis setelah membaca aktivitas medsos, nunggu waktu ngajar.. 
Sukarame, 19 Maret 2015

*Fans KAMMI

Related

Opini 1892830776955524426

Berikan Komentar Disini

emo-but-icon

Follow Us

Total Tayangan Halaman

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Gabung KAMMI

Gabung KAMMI

News

Comments

Recent

Sports

Kuliner

Berita Kampus

Daerah Daerah

Explore Lampung

Instagram

Text Widget

item