Pedang neo-totaliterisme


Barbie dan Pedang Neo-Totaliterisme 

Oleh: Delia Sati*

"Membacalah dengan takzim, menulislah dengan arti. Perjuangan tidaklah memilihkan arena untuk Pejuang. Tapi Pejuang tahu kapan menghunuskan pedang dan kapan menumpahkan hikmah" 



Bermula dari pembelaan seorang yahudi, dialah Hannah Arendt dalam bukunya “Asal-usul Totaliterisme”, buku yang menuduh totaliterisme adalah sebuah bentuk rasisme yang dimanipulasi untuk menghabisi orang Yahudi, dalam hal ini Nazi jerman-lah sebagai pelaku totaliter. Seperti yang telah menjadi pengetahuan umum, sebuah kejahatan genosida telah menimpa ummat yahudi, dengan melakukan pemusnahanan terhadap ras ini, berdasarkan anggapan totaliterisme Hitler. Hannah arendt mengatakan, totaliterisme bukanlah sekedar otoriterisme, dimana otoriter lebih berkehendak memaksakan keinginannya, tanpa pemusnahan terhadap lembaga-lembaga yang bersebrangan, selama lembaga-lembaga tersebut tidak terlibat dalam aktivitas politik, sementara totaliter bahkan tak menghendaki oposisi sama sekali. 



Yang paling menarik dari buku ini, ada Adnan Buyung Nasution dengan pengantarnya, menanggapi dua paradigma yang disampaikan oleh Hannah Arendt dalam membahas totaliterisme, yaitu struktural (dalam kaitannya dengan imperialisme) dan kultural (menyangkut antisemitisme). Imperialisme muncul dilatari oleh keinginan untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sama halnya dengan masyarakat sosialis Indonesia pada zaman orde lama, juga menginginkan perbaikan kondisi ekonomi di Indonesia. kedalaman analisa Adnan Buyung, bahkan sampai pada panggilan “Bapak” pada salah satu Dwitunggal yang mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup, dimana dalam sebuah keluarga yang dalam hal ini negara, tidak ada namanya pergantian bapak, jadi tak ada pergantian presiden selamanya. Intinya, totaliterisme memang bermulai dari tingkat otoriterisme yang sampai pada orde baru, melahirkan kediktatoran Soeharto. Namun, tembok Berlin sudah runtuh, Uni Soviet telah bubar, totaliterisme, sudahkah ia hilang dari jagat semesta ini? begitu Adnan Buyung menghantarkan pengantarnya. 



Harun Yahya lebih jauh lagi mengulas tentang freemasonry, sebuah organisasi rahasia yang membawa kepentingan rasis yahudi, demi menjadikan dunia ini dalam satu payung kepemimpinan. Yaitu kepemimpinan yahudi. Menjadi menarik, meski totaliterisme sepanjang sejarahnya identik dengan kejahatan, perang, pemusnahan, demi satu cita-cita: memimpin dunia. Jika ditinjau lagi, Freemasonry tak ubahnya totaliterisme yang berpenampilan ayu, karena tidak tampil sebagai Bar-bar. Tujuannya sama, dominasi total terhadap dunia. Perjalanan freemason tak memiliki kisah digantungnya pemimpin oleh rakyatnya seperti Mussolini, atau bunuh dirinya Hitler, dimana yang dipimpin menjadi terpuruk mentalnya bersama dengan keterpurukan pemimpin. Ini berkat faktor lain dari kemapanan gerakan ini dalam gerak bawah tanahnya. Freemasonry bahkan saat-saat sekarang mengalami puncak kedigdayaannya, sebagaimana yang ditarikhkan dalam buku-buku gerakan terselubung yang memusuhi Islam. 



Mungkin karena Arendt tak sempat menyaksikan masa sekarang, sebagai bagian dari ras yang saat ini menguasai dunia, Arendt dengan jujur mengatakan bahwa totaliterisme akan mengalami kemenangan bersamaan dengan kehancuran nilai-nilai kemanusiaan. 
Adalah musibah yang nyata besarnya. Dominasi suatu ras atas ras atau bangsa-bangsa lainnya, bersama degan pengrusakan besar-besaran dimana-mana. Tanpa perang. Tanpa darah, hampir. Pengecualian pada tanah suci Yerussalem, dan negara-negara tertentu, bangsa-bangsa tertentu, yang dalam penderitaannya seolah tanpa diketahui hasrat perdamaian PBB. 



Islam adalah bangsa yang menjadi bulan-bulanan totaliterisme berwajah baru itu, dimana sekulerisme adalah bagian dari karakter pergerakannya. Ummat Islam meninggalkan agamanya. Kekacauan sebenarnya sedang terjadi dimana-mana. Dimana yang yang menjadi sasarannya adalah cara pandang dan cara pikir ummat Islam, yang berujung pada anehnya perilaku yang melanggar agama. Suatu peradaban memang sedang berjaya, berjaya tapi tanpa adab! Umat Islam tak punya alasan untuk meninggalkan agamanya yang mulia. Tidak seperti Kristen yang telah lebih dahulu terombang-ambing sekulerisme. Yang mengakibatkan kondisi bangsa eropa banyak mengidap atheisme. Akhlak bangsa eropa banyak yang menentang ilmu yang mereka sumbangkan dalam peradaban, karena iman yang hilang berganti pegangan yang yang rapuh. Islam adalah agama yang kokoh dari semua akarnya. Tapi bagaimana mungkin itu ditahu oleh pemeluknya, sedangkan mereka takut sekali dengan hal-hal yang berbau islami. Nilai-nilai keislaman hanya berhenti pada sholat, bahkan yang rutin sholat lima waktu sudah merasa layak untuk berfatwa. Kekacauan, sebuah kata yang cukup mewakili, namun sangat memerihkan hati, jika menebarkan pandang pada sisi kehidupan saat ini. sekali lagi, sungguh tak ada alasan untuk pergi dari Islam. 



Pandanglah salah satu sudutnya saja, wahai yang menuduh Islami itu teroris!. 
Teroris adalah sebuah kata yang sunter dan diperkenalkan Preseden Bush, Presiden Amerika ini menjadi pemantik identiknya Islam dengan teroris di mata bahkan pemeluknya sendiri, bermula pada masa-masa populernya Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama Bin Laden. Hingga saat ini, media anti mainstream banyak yang memuat kedangkalan tuduhan-tuduhan ini, tentu dipelopori oleh alat-alat negara yang anti pemerintah, masih segar di igatan bagaimana Densus 88 bersikap dalam hal ini. 



Padahal Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi kehidupan bernegara, nasionalisme dalam Islam sangatlah tinggi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Yusuf Qaradhawi dalam bukunya “Umat Islam Menyonsong Abad 21”, Qaradahawi menganalisa dua kekuatan dunia, Islam dan Barat, dalam buku itu. Sekaligus menggambarkan kesuksesan Barat sebagai peradaban, namun kelemahannya dalam menetapkan standar. Juga, menganalisa kelemahan Islam dalam memberikan sumbangan pada peradaban. Menurut beliau, Islam telah melakukan sumbangsih yang tidak sedikit dalam peradaban barat, banyak kemerdekaan-kemerdekaan negara-negara di dunia yang dalam dominasi totilerisme model lama, digerakkan oleh tokoh-tokoh Islam. Contohnya, Indonesia, siapa yang tidak mengenal Pangeran Diponegoro, Hadji Agus Salim, Moehammad Roem, Jendral Sudriman, dll. mereka berperang atas dasar kepentingan agama, agama Islam. Karena Islam tak membenarkan penjajahan, terlebih oleh kaum kafir!. Heroisme Diponegoro sangatlah jelas adalah heroisme jihad! Begitulah Islam memandang nasionalisme. Hal ini juga dibenarkan oleh Pramodye Ananta Toer, dalam Tetraloginya (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca), Pram secara tidak langsung, meski tidak ditangkap maksudnya menjunjung Islam, tapi beliau telah menggambarkan kontribusi Sarekat Islam dalam melawan kolonialisme. Sebagaimana diketahui, Syarikat Islam adalah sebuah organisasi politik yang mengawali langkahnya melawan kolonialisme dengan berangkat dari Syarikat Dagang Islam. Begitu banyak kontribusi SI dalam mencerdaskan anak bangsa, melawan kebodohan demi menyadarkan terhadap kettertindasan. Meski Pram, meminjam lisan Pangemanan(n), mengatakan bahwa kekuatan SI bagai buih, yang besar masa namun kurang menanamkan ideologi yang mengakar. Serta merta terbalik dengan apa yang disampaikan oleh Moehammad Roem, dalam bukunya “Bunga Rampai dari Sedjarah”, di awal bab, beliau berkisah tentang Kongres Pertama Nasionali CSI, dimana sumber Roem, menggunakan literasi Belanda. Bahwa kongres berlangsung dengan penuh adab, elegan, mencerminkan keluasaan pandangan dan cakrawala berfikir yang dalam oleh masing-masing peserta kongres, terdiri dari 80 orang yang berasal dari perwakilan Sulawesi, Bali, Jawa, Sumatera dll. seperti inilah kontribusi Islam dalam meraih kemerdekaan. Meski buku-buku sejarah menutupi realitas tentang kontribusi ummat Islam. Tapi yakinlah bahwa kebenaran dan keadilan akan selalu dalam keanggunannya. Tak bisa diringkus sama sekali. 



Bagaimana mungkin, Islam membenci keteraturan, dan bar-bar, seperti yang digambarkan oleh banyak pihak yang membenci Islam. Jadi kembalilah. Kembalilah dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa Islam adalah agama yang Allaah jaga untuk ummat akhir zaman. Dengan karunia petunjukNya berupa Al Qur’an dan Sunnah. Satu-satunya jalan menuju ketentraman, denganNya Allaah menjamin keteraturan. 



Sehingga umat Islam hendaknya menyadari tentang apa yang terjadi. Kesadaran ini sangat diperlukan untuk sebuah perlawanan terhadap arus totaliterisme secara merata dan total di tubuh umat Islam. 



Saat ini, yang menjadi senjata ampuh totaliterisme adalah propaganda. Sebagaimana yang dibeberkan oleh James E. Cobs dalam buku Propaganda Baru, kerja serangan itu salah satu contohnya boneka barbie. Barbie-barbie itu memiliki baju yang didesign beberapa designer ternama di dunia sehingga nampak demikian cantik. Memiliki peralatan kosmetik yang sedemikian complete. Lalu boneka barbie ditebar ke berbagai penjuru dunia laksana menebar benih. Ada banyak akibat yang ditimbulkannya. Selain boneka barbie disukai banyak anak-anak wanita, yang menyebabkan jayanya industri tekstil, juga menghasilkan efek ke produk-produk lainnya. Seperti apa itu? Anak-anak wanita yang sehari-harinya main menggunakan boneka barbie, akan terframe, bahwa kategori cantik itu seperti barbie. Maka ketika dia beranjak remaja atau dewasa, dia cenderung ingin mempercantik dirinya seperti barbie, sehingga operasi-operasi plastik akan dilakukan, membeli pakaian pakaian yang serupa dengan barbie, juga menggunakan kosmetik-kosmetik pendudukung kecantikan. Alhasil, jayalah imperialisme, dan bersamaan dengan itu, nila-nilai moral tergadaikan. Kejahatan dimana-mana. Dan sungguh tak terbayangkan, bahwa banyak sekali alat-alat propaganda yang tidak hanya barbie. 



Sehingga, muslim harusnya menyadari semua ini. berfikir untuk melakukan perlawanan. Karena jika hanya diam dan memiarkan diri hanyut teromang-ambing. Maka kandaslah ketentraman. Dan Allaah tak diam dengan pendiaman hambaNya. Bukankah bani israil itu hancur karena mereka tak saling mengingatkan ketika saudara-saudaranya berbuat kedzaliman? 



Wahai setiap muslim! Sambutlah setiap kebenaran yang sampai padamu. Khususnya kepada pemuda. Kata buya Hamka, sejarah banyak dicetak oleh gelora para pemuda. Sun Yat Sen memabangun revolusi tiongkok dgn jiwa pemuda, kebangkitan Islam ada di tangan pemuda, setiap perlwanan dan revolusi dilakukan pemuda. Bung karno mengatakn, beri aku 1000 orang tua, maka akan aku cabut gunung hingga akarnya, beri aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncang dunia. []



*Kader KAMMI dari Komisariat IAIN RIL

*Tulisan ini (izinkan mengatakan) aku persembahkan untuk kader KAMMI. Agar berfikir dan berkembang. Agar melihat realita dan tidak lari. Agar membangun strategi perlawanan. Dan tulisan ini aku buat karena aku sadar, kesadaran untuk melawan ini tidak boleh hanya dimiliki harokah-harokah tertentu. Tapi setiap pemuda harus menyalakan mata, tersentak lalu marahlah! Sampai darah penghabisan, lawan! 

Related

Opini 616233984371227545

Berikan Komentar Disini

emo-but-icon

Follow Us

Total Tayangan Halaman

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Ketum KAMMI Wilayah Lampung

Gabung KAMMI

Gabung KAMMI

News

Comments

Recent

Sports

Kuliner

Berita Kampus

Daerah Daerah

Explore Lampung

Instagram

Text Widget

item